Pengertian Elastisitas Produksi dan Kurva, Rumus, Teori, dan Contoh Elastisitas Produksi
Friday, March 2, 2018
Edit
Seringkali muncul pertanyaan, seberapa besar pengaruh faktor produksi terhadap produksi. Perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh perubahan pada faktor produksi yang dipakai, dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi.
Yang disebut dengan elastisitas produksi adalah rasio perubahan relatif produk yang dihasilkan dengan perubahan relatif jumlah faktor produksi yang dipakai. Misalnya perubahan relatif dari jumlah faktor produksi yang dipakai adalah + 5%, sedangkan perubahan relatif dari jumlah produk yang dihasilkan sebagai akibat dari perubahan pemakaian faktor produksi itu ialah +10%, maka dikatakan bahwa elastisitas produksi adalah 10% / 5% = 2,0.
Elastisitas produksi ini juga disebut dengan koefisien fungsi dan disimbolkan dengan tanda e atau eprod. Rumus dan Hubungan antara eprod dengan produk rata-rata dan produk marginal adalah sbb:
eprod = (dY/Y) / (dX/X) (definisi)
eprod= (dY/Y)*(X/dX)
eprod = (dY/dX)*(X/Y) = MP/AP (Produk marjinal/produk rata-rata)
Kurva Elastisitas Produksi dan Daerah-Daerah Produksi |
Berdasarkan nilai dari eprod ini, para ahli teori ekonomi produksi membagi suatu proses produksi dalam daerah produksi sebagai berikut:
#1- Daerah dengan eprod > 1
Pada tingkat produksi dimana MP > AP, besar eprod > 1.
Ini berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk lebih besar dari 1%. Persen penambahan faktor produksi menghasilkan persen tambahan produksi yang lebih besar. Pada kondisi ini digambarkan kurva produk marjinal berada diatas kurva produk rata-rata.
Dalam daerah ini produk rata-rata naik terus. Apabila produksi bersangkutan memang menguntungkan untuk dijalankan, pengusaha masih terus akan memperbesar produksinya agar pendapatan meningkat dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak, selama produk rata-rata itu masih terus naik. Jadi dimanapun dalam daerah ini belum akan tercapai pendapatan maksimum, karena pendapatan itu masih selalu dapat diperbesar. Karenanya daerah ini dinamakan daerah tidak rasionil dan ditandai dengan Daerah I dari produksi.
Tidak rasional kiranya apabila pengusaha menghentikan penggunaan faktor produksi pada daerah ini, karena sebenarnya penambahan faktor produksi masih dapat meningkatkan produksi rata-rata atau produktivitas. Pengambilan keputusan yang rasionil dimaksudkan pengambilan keputusan yang didasarkan atas perhitungan untuk mendapatkan pendapatan yang maksimum dengan jumlah faktor produksi tertentu.
Pada tingkat produksi dimana MP = AP, eprod=1.
Pada tingkat ini penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk sebesar 1% juga. Kondisi ini digambarkan pada daerah dimana besarnya produk marjinal sama dengan produk rata-rata.
#B- Daerah 0<eprod<1
Dalam daerah ini penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk lebih besar dari 0% dan sampai kurang dari 1%. Tergantung dari harga-harga produk dan faktor produksi maka dalam daerah inilah akan dicapai pendapatan maksimum, meskipun sampai saat ini masih belum dapat ditetapkan di titik mana dari daerah tersebut. Karena dimungkinkannya dalam daerah ini pengusaha akan memperoleh keuntungan maksimum, maka daerah produksi ini disebut daerah rasionil dan ditandai dengan Daerah II dari produksi.
Pada daerah II inilah akan tercapai kondisi efisiensi ekonomis setelah mempertimbangkan harga produk dan harga faktor produksi. Kondisi dimana eprod = 1, maka akan tercapai produksi rata-rata (produktivitas) maksimum, daerah inilah efisiensi teknis tercapai. Daerah II dari produksi itulah yang menjadi pusat perhatian pengusaha, sebab di daerah itulah terdapatnya pendapatan yang maksimum.
#C- Daerah eprod < 0
Pada tingkat produksi dimana MP = 0, besar eprod=0 juga.
Pada tingkat ini penambahan faktor produksi sebesar 1% tidak akan menyebabkan perubahan pada produk total. Dalam daerah produksi ini penambahan faktor produksi akan menyebabkan pengurangan (penambahan negatif) produk. Jadi penambahan faktor produksi di daerah ini akan mengurangi pendapatan. Karenanya dinamakan juga dengan daerah tidak rasionil dan ditandai dengan Daerah III dari produksi. Akhirnya pada tingkat produksi dimana MP bernilai negatif, maka eprod<0.
Demikian ulasan artikel kami terkait Pengertian Elastisitas Produksi dan Kurva, Rumus, Teori, dan Contoh Elastisitas Produksi yang dapat anda jadikan bahan sebagai Makalah Elastisitas Produksi. Semoga bermanfaat dan mohon maaf bila ada kesalahan.
Sumber: Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta: CSS.