Sistem Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna (TEORI)

Pada kesempatan yang sebelumnya kita pernah membahas bahwa harga pasar suatu produk tidak hanya ditentukan oleh permintaan  dan penawaran pasar, tetapi juga tergantung kepada jenis pasar itu sendiri. bahwa pada pasar dengan persaingan  murni para pengusaha yang menghasilkan suatu produk tertentu yang homogen dalam menawarkan produk-produk yang dihasilkannya di atas, produk tersebut melakukan persaingan atas dasar harga pasar yang telah tertentu. 

Pada kesempatan yang sebelumnya kita pernah membahas bahwa Sistem Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna (TEORI)

Baca juga;
Pengertian Pasar Secara Umum dan Bentuk, Jenis, Fungsi Pasar
Pengertian dan Ciri - Ciri Pasar Persaingan Sempurna
#6 Kelebihan dan Kekurangan Pasar Persaingan Sempurna

Pengusaha produk tersebut secara perorangan tidak dapat mempengaruhi harga pasar yang telah ada, melainkan pengusaha itulah yang harus menyesuaikan usahanya dengan harga pasar yanbg telah ada itu. Konsumenpun secara perorangan tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Artinya seorang konsumen tidak dapat merubah harga pasar dengan jalan memperbesar atau memperkecil jumlah pembelian. 

Karena dalam pasar dengan persaingan sempurna semua produk yang ditawarkan adalah homogen, yaitu semua produk yang ditawarkan adalah sama dalam segala hal, maka konsumen dalam menentukan pembeliannya tidak tergantung pada siapa yang menjual produk itu melainkan kepada berapa harga produk tersebut. Dalam pasar dengan persaingan murni, tiap-tiap penjual dan/ masing-masing pembeli bebas untuk melakukan dan atau untuk tidak melakukan jual beli pada harga pasar yang telah ada itu. 

Tidak ikutnya suatu pengusaha dalam pasar itu, tidaklah akan mengakibatkan naiknya harga pasar, karena jumlah produk yang ditarik pengusaha itu dari pasar adalah sedemikian kecilnya sehingga dapat diabaikan, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh produk yang ditawarkan dalam pasar tersebut. 

Tidak adanya pengaruh konsumen dan/ pengusaha secara perorangan pada pasar dengan persaingan sempurna, selain sebab-sebab di atas juga karena jumlah konsumen dan pengusaha dalam pasar dengan persaingan sempurna adalah tidak terbatas, hingga arti suatu pengusaha dan atau seorang konsumen dalam pasar tersebut boleh dikatakan tidak ada.

Pada pasar suatu produk dengan persaingan sempurna, kurva permintaan bagi suatu pengusaha tertentu di pasar itu akan merupakan garis yang sejajar dengan sumbu horizontal yang ditarik melalui titik harga pasar produk tersebut seperti terlihat pada gambar di bawah ini

Permintaan Bagi Suatu Pengusaha Yang Bersaing Sempurna
Gambar diatas memperlihatkan tingkat harga pasar produk X yang bersaing secara murni. Pada mulanya harga pasar ialah sebesar P1 yang terbentuk karena danya permintaan dan penawaran pasar terhadap produk Y tersebut yang ditunjukkan oleh kurva D dan kurva S1. Pada tingkat harga pasar sebesar P1 itu permintaan terhadap suatu pengusaha produk Y tertentu ditunjukkan oleh kurva m1 pada gambar diatas. 

Kurva m1 ditarik melalui titik P1 sejajar dengan sumbu horizontal, dimana suatu sumbu horizontal menunjukkan jumlah produk yang diminta pada harga tertentu. Kurva permintaan m1 adalah juga merupakan kurva nilai produk rata-rata (NPR) dan kurva nilai produk marginal (NPM) atau marginal revenue (MR) bagi pengusaha tertentu itu, sehingga:

P1 = MR1 = m1                        (1)

Berlakunya rumus (1) di atas adalah karena pada pasar produk yang bersaing secara murni, tiap-tiap pengusaha produk tersebut secara perorangan tidak dapat mempengaruhi harga pasar produk itu dengan jalan merubah jumlah produk yang ditawarkannya. Artinya berapapun jumlah produk yang ditawarkannya, harga pasar produk tersebut akan tetap konstan. 

Karenanya kurva NPR suatu pengusaha produk yang bersaing secara murni tidak akan pernah naik dan tidak akan pernah pula turun, yang berarti harus sejajar dengan sumbu horizontal yang ditarik melalui titik harga pasar produk yang ada. Juga karena NPM/MR pengusaha tertentu itu tidak akan pernah pula lebih kecil, atau lebih besar dari kurva NPR/MR sebagai akibat dari pasar produk yang bersaing secara murni. Nilai produk total (Total Revenue) yang diperoleh oleh pengusaha tertentu dalam pasar dengan persaingan sempurna adalah:


TR = P1Y                                                                  (2)


Dimana Y adalah jumlah produk yang ditawarkan dan H1 adalah harga satuan produk dengan persaingan sempurna.

Dari rumus (2) di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa TR suatu pengusaha produk Y yang bersaing secara murni hanya dipengaruhi oleh jumlah produk yang ditawarkan karena harga pasar bagi pengusaha tersebut (P1) adalah konstan. Jadi kurva TR suatu pengusaha produk Y yang bersaing secara murni merupakan garis lurus miring dari kiri ke kanan, dimana kemiringannya adalah sebesar harga pasar (P1) atau tg a pada gambar 45b adalah sama dengan P1 atau dengan rumus:   


tg a = P                                                                (3)
dimana tg a adalah kemiringan TR dan P adalah harga pasar produk Y.

Andaikata seorang pengusaha tertentu tadi menarik diri dari pasar, yang berarti tidak satupun produk Y yang dihasilkannya ditawarkan di pasar yang bersaing secara murni itu, maka TR yang diperoleh adalah nol. Tetapi kalau pengusaha tersebut hanya menawarkan sebanyak satu satuan produk, maka TR yang diperolePnya adalaP sebesar P1 rupiah pada saat harga pasar sebesar P1rupiah. Jadi kurva TR  bagi suatu pengusaha tertentu tadi bersudut positf dengan sumbu horizontal seperti dapat dilihat pada gambar 45b.

Selanjutnya, jika kita misalkan harga pasar produk Y turun menjadi P2 karena adanya pergeseran kurva penawaran pasar dari S1 menjadi S2 dan permintaan pasar tetap D, maka dengan sendirinya juga terjadi pergeseran kurva bagi pengusaha tersebut tadi. Kurva permintaan bagi suatu pengusaha tertentu tadi bergeser menjadi m2, yaitu kurva yang ditarik melalui P2 sejajar dengan sumbu horizontal. Kurva m2 juga merupakan kurva NPR dan MR yang baru bagi pengusaha tersebut. 

Kurva TR bergeser pula menjadi kurva TR’ dimana tg b harus sama dengan P2, jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan permintaan bagi suatu pengusaha produk Y yang bersaing secara muirni hanya terjadi karena perubahan harga pasar produk Y, yang tidak dapat dipengaruhi oleh pengusaha tersebut secara perorangan. Perubahan harga pasar hanya terjadi karena adanya perubahan pada kurva permintaan pasar ataupun karena perubahan kedua kurva itu.

Telah diuraikan bahwa TR yang diperoleh pengusaha tidak dipengaruhi oleh harga, karena harga pasar tidak dapat dikendalikan oleh pengusaha tersebut secara perorangan, hingga TR pengusaha tersebut ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilkannya. Makin banyak produk yang dihasilkannya untuk pasar makin besar pula TR yang diperoleh dan juga sebaliknya. 

Tetapi seorang pengusaha bukanlah bertujuan untuk memperoleh TR yang maksimum, melainkan mengusahakan keuntungan yang maksimum. Keuntungan maksimum selain ditentukan oleh harga pasar produk, juga sangat tergantung kepada biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. secara grafik disajikan pada gambar di bawah. 
Keuntungan Maksimum Suatu Perusahaan Bersaing Sempurna
Pada gambar diatas terlihat kurva biaya total (TC) seorang pengusaha produk Y yang disertai dengan kurva nilai produk total (TR) perusahaan tersebut. Bentuk kurva TC adalah seperti huruf S. Sedangkan kurva TR merupakan garis lurus miring yang bersudut positif dengan sumbu horizontal dimana tg a sama dengan harga pasar produk Y yang bersaing murni itu.

Jika pengusaha tersebut menjalankan usahanya dengan kapasitas produksi sebesar Y0 satuan, maka pengusaha tersebut akan menderita kerugian maksimum, karena pada tingkat produksi sebesar Y0 itu kurva TC berada di atas kurva TR dengan jarak terjauh. Jika kapasitas produksi yang dijalankan pengusaha tersebut sebesar antara 0 dengan Y1 atau lebih besar dari Y2, pengusaha tersebut akan menderita kerugian, karena kurva TC berada di atas kurva TR. 

Selanjutnya bila kapasitas yang dijalankan oleh pengusaha tersebut persis sebesar Y1 atau sebesar Y2 perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian lagi, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Kalau pengusaha tersebut menjalankan usahanya dengan kapasitas produksi sebesar kapasitas Y produk, keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha tersebut adalah maksimum, karena pada tingkat itu, kurva TC berada di bawah kurva TR yang mempunyai jarak terjauh. Jika perusahaan tersebut dijalankan dengan kapasitas produksi antara Y1 dengan Y atau antara Y dengan Y2, perusahaan tersebut masih beruntung karena kurva TC tetap masih berada di bawah kurva TR.

Jadi sebagai jawaban terhadap masalah yang dikemukakan tadi dapat disimpulkan bahwa pengusaha produk Y yang bersaing secara murni itu, pada saat harga satuan produk Y yang dihasilkannya haruslah terletak pada titik singgung antara TC yang berada di bawah TR. Dalam gambar 46 produk Y yang dihasilkan haruslah sebesar Y satuan , karena dengan kapasitas produksi sebesar Y satuan itulah harga satuan produk sama dengan kemiringan kurva TR dan sama pula dengan kemiringan kurva TC dan TC berada di bawah TR.

Karena kemiringan TC sama dengan biaya marginal (MC) dan harga satuan produk sama dengan nilai produk marginal (MR) dan nilai produk rata-rata (NPR) dan kurva permintaan (lihat rumus 1), maka dapat pula disimpulkan bahwa agar suatu perusahaan produk Y yang bersaing secara murni mendapatkan keuntungan maksimum, haruslah perusahaan tersebut dijalankan dengan kapasitas produksi sedemikian rupa sehingga:

MC = Py                       (4)

Berdasarkan rumus 4 di atas, dapat pula kita gambarkan kemungkinan-kemungkinan kapasitas produksi suatu perusahaan yang bersaing secara murni bila diketahui fungsi biaya marginal perusahaan tersebut, seperti akan dijalankan dengan Gambar di bawah.


Gambar dibawah memperlihatkan struktur biaya suatu perusahaan yang bersaing secara murni. Struktur biaya itu terdiri dari biaya marginal (MC), biaya total rata-rata (AC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya tetap rata-rata (AFC). Syarat untuk tercapainya keuntungan maksimum adalah apabila MC sama dengan harga (lihat rumus 4).
Hubungan Harga dengan Kapasitas Produksi Suatu Perusahaan Yang Bersaing Sempurna
Apabila harga satuan pasar produk Y sebeesar P1 rupiah, maka kapasitas produksi perusahaan tersebut agar tercapai keuntungan maksimum haruslah sebesar Y1 satuan. Pada kapasitas produksi sebesar Y1 satuan itu, nilai produk rata-rata yang diperoleh pengusaha tersebutr adalah sebesar Y1K atau 0P1 rupiah. Biaya rata-rata yang diperlukan untuk menghasilkan sebesar Y1 satuan itu adalah sebesar Y1L atau 0P1 rupiah. Jadi keuntungan maksimum yang diperoleh adalah sebesar Y1K – Y1L yakni sebesar KL atau C1P1 rupiah untuk setiap satu satuan produk yang dihasilkan.

Jika harga satuan pasar produk Y turun menjadi P2 rupiah (persis pada titik potong MC dengan AC), maka kapasitas produksi yang dijalankan perusahaan tersebut agar tercapai keuntungan maksimum (sesuai dengan rumus 4) haruslah sebanyak Y2 satuan. Pada kapasitas produksi sebanyak Y2 itu biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk satu satuan produk adalah sebesar Y2M atau 0P2 rupiah. Nilai produk rata-rata yang diperoleh juga sama dengan 0P2 rupiah. Jadi perusahaan tersebut secara perhitungan tidak lagi untung, walaupun yang sebenarnya masih untung karena dalam AC telah termasuk biaya tetap rata-rata, termasuk gaji pengelola perusahaan. 

Andaikata harga satuan pasar produk Y turun lagi menjadi P3 (persis pada titik potong MC dengan AVC), maka kapasitas produksi yang harus dijalankan adalah sebesar Y3 satuan (sesuai dengan rumus 4). Dengan kapasitas produksi sebesar Y3 satuan ini, secara perhitungan pembukuan, perusahaan sudah rugi, karena nilai produk rata-rata sudah lebih kecil daripada biaya total rata-rata. Kerugian menurut perhitungan itu adalah sebesar PQ rupiah untuk setiap satu satuan produk. Dalam keadaan demikian perusahaan tersebut ada dalam keadaan indiferen apakah mau melanjutkan atau menghentikan produksinya. Sebab dalam kedua alternative tersebut, seluruh biaya tetap rata-rata itu tidak bisa tertutupi.

Sekiranya harga turun lagi menjadi di bawah P3, misalnya antara P3 dan P4, perusahaan tersebut sudah seharusnya ditutup atau dihentikan kegiatannya untuk berproduksi, karena kalau ia masih meneruskan produksinya antara Y3 dengan Y4, kerugian yang diderita perusahaan menjadi lebih besar yaitu tidak hanya biaya tetap rata-rata yang tidak tertutupi, sebagian dari biaya variable rata-rata pun tidak tertutupi sebab nilai produk rata-rata yang diperolehnya sudah lebih kecil daripada besarnya biaya variable rata-rata yang harus dikeluarkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga sebesar P3 merupakan harga  batas  bagi  perusahaan  tersebut.  Artinya  bila  harga sedikit saja berada di bawah P3 perusahaan harus ditutup dan sebaliknya sedikit saja berada di atas P3 perusahaan tersebut akan dijalankan kembali. Atau dengan kata lain, pada harga sebesar P3 produksi sama dengan nol satuan.

Demikian ulasan artikel kami terkait dengan teori Sistem Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna yang kami rangkum dari buku bacaan kami. Mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan . Semoga bermanfaat dan terima kasih telah berkunjung.

Sumber: Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta: CSS.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel