Pengertian PASAR DUOPOLI, Teori, Kelebihan dan Kekurangan, Serta Contohnya (LENGKAP)
Sunday, February 18, 2018
Edit
Pengertian pasar duopoli secara umum adalah pasar yang penguasaan atas suatu barang atau jasa di kuasai oleh dua produsen (perusahaan). Situasi pasar suatu produk tertentu dikatakan dalam keadaan duopoli, jika yang mengusahakan dan atau yang menjual produk tersebut hanya terdiri dari dua orang pengusaha atau penjual, sehingga setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu pengusaha atau penjual akan mempengaruhi kebijaksanaan pengusaha atau penjual yang lainnya baik dalam hal menentukan harga penjualan maupun dalam hal menetapkan kapasitas produksi, kualitas produk, dan lain-lain.
Dalam mendapatkan faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut biasanya diantara pengusaha tersebut terjadi persaingan sempurna, sehingga struktur pembiayaan perusahaan duopoli sama saja dengan perusahaan bersaing sempurna. Apabila produk yang dihasilkan pengusaha duopoli itu sama benar (homogen), maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli murni (pure duopoly). Apabila produk yang dihasilkan tidak homogen, tetapi satu sama lainnya bersifat dapat menggantikan (substitusi) maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli yang dibedakan (differentiated duopoly).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar yang duopoli merupakan bagian dari pasar produk produk/oligopoli atau pasar duopoli merupakan bentuk paling sederhana daripada pasar oligopoli.
Pasar dengan persaingan duopoli, boleh dikatakan jarang sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu teori pasar duopoli yang akan kita bahas selanjutnya lebih banyak bersifat asumsi, malah ada yang perlu dikhayalkan karena tidak mungkin kita temui dalam dunia kenyataan. Namun demikian, teori pasar produk yang duopoli berguna bagi penyusunan teori pasar oligopoli, karena ia merupakan dasar atau sekurang-kurangnya dapat membantu kita dalam menganalisa pasar oligopoli.
Teori pasar dengan persaingan duopoli, untuk pertama kalinya telah dikemukakan oleh Antonia Augustin Cournot pada tahun 1838 dalam karangannya yang berjudul “Researches into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth”. Teori Cournor itu banyak mendapat kritik dari hali-ahli ekonomi, terutama tentang asumsi yang digunakannya yang oleh sementara ahli ekonomi dianggap tidak masuk akal. Betran-Edgeworth telah pula membuat teori pasar duopoli yang dapat dianggap sebagai penyempurnaan teori Cournot.
Situasi pasar suatu produk yang duopoli dapat digambarkan sebagai berikut : yang menghasilkan dan atau yang menjual produk itu hanya dua pengusaha, misalnya pengusaha A dan pengusaha B. Kita umpamakan produk yang dihasilkan pengusaha A dan pengusaha B itu homogen. Setiap tindakan yang akan diambil oleh perusahaan A akan mempengaruhi kebijaksanaan yang dijalankan pengusaha B dan begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, baik pengusaha A maupun pengusaha B sangat hati-hati dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, lebih-lebih dalam hal menentukan harga penjualan dan kapasitas produksi. Baik pengusaha A maupun pengusaha B harus mampu menaksirkan tindakan apa yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan yang akan diambilnya dapat merugikan perusahaannya sendiri.
Disinilah letak kelemahan teori pasar dengan persaingan duopoli dan oligopoli, karena adalah amat sulit, kalau belum boleh dikatakan tidak mungkin, bagi suatu pengusaha untuk meramalkan secara tepat tentang tindakan yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan tertentu. Agar masing-masing pengusaha duopoli itu dapat menaksirkan tindakan apa yang akan dijalankan saingannya, ia harus selalu memperhatikan tingkah laku pengusaha saingannya.
Teori-teori mengenai duopoli ini disusun berdasarkan asumsi-asumsi tentang tingkah laku pengusaha-pengusaha lainnya. Mudahlah dapat dimengerti, bahwa apabila asumsi-asumsi tentang tingkah laku pengusaha-pengusaha diubah, akan timbullah teori yang baru. Inilah yang menyebabkan terdapatnya berbagai teori duopoli, karena asumsi tentang tingkah laku pengusaha-pengusaha lain itu di mata penyusun-penyusun teori itu berbeda-beda.
#1 - Teori Pasar Duopoli Cournot
Dalam teori Cournot ini dua perusahaan dianggap menghasilkan barang yang homogen. Asumsi pokok yang dipergunakan oleh Cournot ialah bahwa pada waktu seorang pengusaha duopoli berusaha memaksimumkan keuntungannya, jumlah barang yang dihasilkan oleh saingannya tidak tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli yang pertama tadi.
Misalkan kurva permintaan pasar adalah:
Py = f (YA + YB) (1)
dimana Py = harga barang homogen yang dijual;
YA = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli A;
YB = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli B;
TRA = YA . Py
TRB = YB . Py
Keuntungan dari masing-masing pengusaha duopoli itu ialah:
πA = YA . Py – CA(YA) (2)
πB = YB . Py – CB(YB) (3)
Dimana CA(YA) = biaya pengusaha A dalam menghasilkan YA;
CB(YB) = biaya pengusaha B dalam menghasilkan YB.
Masing-masing pengusaha duopoli ini dianggap bertujuan mendapatkan keuntungan maksimum. Bagi masing-masing pengusaha duopoli itu berlaku-syarat-syarat di bawah ini:
Dalam mendapatkan faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut biasanya diantara pengusaha tersebut terjadi persaingan sempurna, sehingga struktur pembiayaan perusahaan duopoli sama saja dengan perusahaan bersaing sempurna. Apabila produk yang dihasilkan pengusaha duopoli itu sama benar (homogen), maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli murni (pure duopoly). Apabila produk yang dihasilkan tidak homogen, tetapi satu sama lainnya bersifat dapat menggantikan (substitusi) maka pasar produk itu dinamakan dalam keadaan duopoli yang dibedakan (differentiated duopoly).
Kelebihan dan Kekurangan Pasar Duopoli
Situasi pasar suatu produk yang oligopoli sama saja dengan situasi pasar produk duopoli. Cuma dalam pasar produk oligopoli, jumlah yang mengusahakan dan atau menjual produk tersebut lebih dari dua tetapi tidak banyak (oligos = sedikit), sehingga tindakan suatu pengusaha akan mempengaruhi kebijaksanaan pengusaha dan lain-lainnya. Kalau produk yang dihasilkan pengusaha-pengusaha oligopoli itu sama benar (homogen), pasar produk itu dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly), sedang apabila produk yang dihasilkan tidak homogen tetapi bersifat substitusi dinamakan oligopoli yang dibedakan (differentiated oligopoly).Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar yang duopoli merupakan bagian dari pasar produk produk/oligopoli atau pasar duopoli merupakan bentuk paling sederhana daripada pasar oligopoli.
Pasar dengan persaingan duopoli, boleh dikatakan jarang sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu teori pasar duopoli yang akan kita bahas selanjutnya lebih banyak bersifat asumsi, malah ada yang perlu dikhayalkan karena tidak mungkin kita temui dalam dunia kenyataan. Namun demikian, teori pasar produk yang duopoli berguna bagi penyusunan teori pasar oligopoli, karena ia merupakan dasar atau sekurang-kurangnya dapat membantu kita dalam menganalisa pasar oligopoli.
Teori pasar dengan persaingan duopoli, untuk pertama kalinya telah dikemukakan oleh Antonia Augustin Cournot pada tahun 1838 dalam karangannya yang berjudul “Researches into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth”. Teori Cournor itu banyak mendapat kritik dari hali-ahli ekonomi, terutama tentang asumsi yang digunakannya yang oleh sementara ahli ekonomi dianggap tidak masuk akal. Betran-Edgeworth telah pula membuat teori pasar duopoli yang dapat dianggap sebagai penyempurnaan teori Cournot.
Situasi pasar suatu produk yang duopoli dapat digambarkan sebagai berikut : yang menghasilkan dan atau yang menjual produk itu hanya dua pengusaha, misalnya pengusaha A dan pengusaha B. Kita umpamakan produk yang dihasilkan pengusaha A dan pengusaha B itu homogen. Setiap tindakan yang akan diambil oleh perusahaan A akan mempengaruhi kebijaksanaan yang dijalankan pengusaha B dan begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, baik pengusaha A maupun pengusaha B sangat hati-hati dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, lebih-lebih dalam hal menentukan harga penjualan dan kapasitas produksi. Baik pengusaha A maupun pengusaha B harus mampu menaksirkan tindakan apa yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan yang akan diambilnya dapat merugikan perusahaannya sendiri.
Disinilah letak kelemahan teori pasar dengan persaingan duopoli dan oligopoli, karena adalah amat sulit, kalau belum boleh dikatakan tidak mungkin, bagi suatu pengusaha untuk meramalkan secara tepat tentang tindakan yang akan diambil saingannya bila ia menjalankan suatu kebijaksanaan tertentu. Agar masing-masing pengusaha duopoli itu dapat menaksirkan tindakan apa yang akan dijalankan saingannya, ia harus selalu memperhatikan tingkah laku pengusaha saingannya.
Teori-Teori Pasar Duopoli
Kombinasi harga dan jumlah produksi serta keuntungan dari pengusaha-pengusaha duopoli tergantung dari tindakan pengusaha-pengusaha itu. Seorang pengusaha duopoli dapat mengatur jumlah produk yang ia hasilkan, tapi ia tidak dapat mengatur variabel-variabel lain yang menentukan keuntungan. Keuntungan dari tiap penjual adalah hasil dari interaksi dari keputusan-keputusan yang diambil oleh pengusaha-pengusaha itu di pasar.Teori-teori mengenai duopoli ini disusun berdasarkan asumsi-asumsi tentang tingkah laku pengusaha-pengusaha lainnya. Mudahlah dapat dimengerti, bahwa apabila asumsi-asumsi tentang tingkah laku pengusaha-pengusaha diubah, akan timbullah teori yang baru. Inilah yang menyebabkan terdapatnya berbagai teori duopoli, karena asumsi tentang tingkah laku pengusaha-pengusaha lain itu di mata penyusun-penyusun teori itu berbeda-beda.
#1 - Teori Pasar Duopoli Cournot
Dalam teori Cournot ini dua perusahaan dianggap menghasilkan barang yang homogen. Asumsi pokok yang dipergunakan oleh Cournot ialah bahwa pada waktu seorang pengusaha duopoli berusaha memaksimumkan keuntungannya, jumlah barang yang dihasilkan oleh saingannya tidak tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli yang pertama tadi.
Misalkan kurva permintaan pasar adalah:
Py = f (YA + YB) (1)
dimana Py = harga barang homogen yang dijual;
YA = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli A;
YB = jumlah barang yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli B;
TRA = YA . Py
TRB = YB . Py
Keuntungan dari masing-masing pengusaha duopoli itu ialah:
πA = YA . Py – CA(YA) (2)
πB = YB . Py – CB(YB) (3)
Dimana CA(YA) = biaya pengusaha A dalam menghasilkan YA;
CB(YB) = biaya pengusaha B dalam menghasilkan YB.
Masing-masing pengusaha duopoli ini dianggap bertujuan mendapatkan keuntungan maksimum. Bagi masing-masing pengusaha duopoli itu berlaku-syarat-syarat di bawah ini:
ini berarti bahwa masing-masing pengusaha duopoli itu harus menyamakan MR dengan MC, jadi:
MRA = MCA
MRB = MCB
Nilai produk marjinal dari masing-masing pengusaha duopoli itu tidaklah sama, karena jumlah barang yang mereka hasilkan tidak sama
MRA = PY + YA (dPY/dY)
MRB = PY + YB (dPY/dY)
(dHY/dY) < 0 (dengan anggapan kurva permintaan pasar bersudut negatif).
Jadi apabila YA< YB, maka MRA < MRB
Ini berarti bahwa pengusaha duopoli dengan jumlah produk yang lebih besar akan punya MR yang lebih kecil.
Dari kurva permintaan dapat kita lihat bahwa penambahan produk dari masing-masing pengusaha duopoli secara sendiri-sendiri akan berakibat turunnya harga, sehingga TR dari masing-masing pengusaha duopoli itu akan dipengaruhinya.
Pasar duopoli akan berada dalam kesetimbangan, apabila nilai-nilai dari YA dan YB adalah demikian rupa, sehingga kedua pengusaha duopoli itu maisng-masing akan mencapai keuntungan maksimum. Dari persamaan-persamaan (4) dan (5), yang masing-masing mengandung unsur-unsur YA dan YB, maka dengan memecahkan persamaan (4) dan (5) secara simultan, maka besarnya YA dan YB dapat dicari. Hanya pada besaran YA dan YB yang secara simultan memenuhi persamaan YA dan YB itulah pasar duopoli tadi berada dalam kesetimbangan.
#2. Kurva Permintaan Yang Patah
Teori duopoli selanjutnya yang perlu kita singgung pula seperlunya ialah analisa yang mengasumsikan kurva permintaan yang patah (kinked demand curve). untuk ini diperlukan pula beberapa asumsi, antara lain ialah:
- Harga pasar yang memuaskan bagi kedua pengusaha duopoli itu telah terbentuk, misalnya PY rupiah.
- Jika salah satu dari pengusaha , monopoli menurunkan harga penjualannya (lebih rendah dari harga kesetimbangan PY diatas), pengusaha saingannya yang mengetahui tindakan tersebut, juga akan menurunkan harga penjualannya (kalau perlu lebih rendah lagi) agar ia tidak kehilangan pembeli, hingga terjadi persaingan harga yang dapat menghancurkan kedua perusahaan duopoli itu.
- Jika salah satu dari pengusaha duopoli menaikkan harga penjualannya, tindakannya itu tidak akan diikuti oleh pengusaha saingannya. Akibatnya sebagian atau seluruh pembeli pindah kepada pengusaha yang tidak turut menaikkan harga itu.
Berdasarkan kepada situasi yang diasumsikan diatas, maka kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli haruslah merupakan kurva yang patah seperti dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Kurva Permintaan Yang Patah Suatu Pengusaha Duopoli |
Dimisalkan harga kesetimbangan pasar yang sama-sama memuaskan kedua pengusaha duopoli itu telah terbentuk yaitu sebesar PY rupiah untuk setiap satuan produk seperti dapat dilihat pada Gambar 61. Selanjutnya pada Gambar 61 dapat pula dilihat kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli (kurva CDE) yang patah di titik D, dimana titik D adalah titik pada kurva permintaan tersebut yang merupakan titik kesetimbangan harga dan kapasitas produksi bagi pengusaha duopoli tersebut, dimana kapasitas produksi yang dijalankan pada harga PY adalah sebesar Y1 satuan.
Kalau pengusaha duopoli itu menurunkan harga penjualannya lebih rendah daripada harga kesetimbangan PY, maka pengusaha lain juga akan mengikutinya agar mereka tidak kehilangan pembeli. Berdasarkan asumsi ini, kurva permintaan bagi pengusaha yang menurunkan harga tadi ialah kurva DE, dimana elastisitas permintaan kurva DE sama dengan elastisitas permintaan pasar. Samanya elastisitas permintaan ini adalah karena tindakannya menurunkan harga diikuti oleh pengusaha saingannya yang satu lagi.
Sebaliknya jika pengusaha duopoli tadi menaikkan harga penjualan lebih tinggi dari PY dan diikuti pula oleh pengusaha saingannya, maka kurva permintaannya pada harga yang menaik adalah kurva DF yang juga sama elastisitasnya dengan elastisitas permintaan pasar. Tetapi karena menurut asumsi kita, tindakan menaikkan harga itu tidak diikuti oleh pengusaha saingannya, maka sebagian atau seluruh pembelinya akan pindah kepada pengusaha saingannya yang tidak menaikkan harga itu. Akibatnya kurva permintaan baginya tidak lagi DF melainkan kurva DC yang elastisitas permintaannya lebih besar daripada elastisitas permintaan pasar. Jadi yang menyebabkan patahnya kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli adalah karena tindakannya menaikkan harga tidak diikuti oleh pengusaha saingannya.
Dengan patahnya kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli, dengan sendirinya kurva nilai produk marjinalnya (MR) menjadi tidak kontinyu seperti terlihat pada Gambar 61, dimana kurva MR bagi pengusaha tersebut adalah CABG. Disamping itu perlu dingatkan bahwa mungkin ada yang mengasumsikan bahwa pada harga menaik tadi kurva permintaan pengusaha langsung menjadi PYD. Kalau kurvanya menjadi PYD berarti dengan menaikkan harga sedikit saja semua pembelinya akan lenyap dan pindah kepada pengusaha saingannya yang tidak ikut menaikkan harga.
Tetapi harus diingat bahwa dengan menaikkan harga itu tidak sekaligus akan lenyap pembelinya, tetapi masih ada yang tinggal, karena tidak mungkin seluruh pembeli tadi mengetahui bahwa pengusaha saingannya tidak menaikkan harga, atau walaupun produk dijual homogen, mungkin masih ada diantara konsumen yang tetap mau membeli kepada pengusaha yang menaikkan harga itu. Inilah sebabnya kenapa kurva permintaannya tidak menjadi PYD melainkan DC.
Selanjutnya kita akan meninjau pengaruh perubahan biaya pada pengusaha duopoli terhadap kebijaksanaannya dalam menentukan harga penjualan dan kapasitas produksi. Untuk ini perhatikan Gambar di bawah ini
Pengaruh Perubahan Biaya Bagi Kebijaksanaan Pengusahaan Duopoli |
Pada Gambar diatas terlihat adanya perubahan pembiayaan pada suatu perusahaan duopoli. Perusahaan itu ditunjukkan oleh kura MC1 dan AC1 menjadi MC dan AC, atau sebaliknya dari MC dan AC menjadi MC1 dan AC1, berarti biaya produksi meningkat dari biasa. Oleh sebab itu secara biasa tentu harga penjualan dinaikkan pula. Tetapi disini karena kurva permintaan yang patah yang mengakibatkan tidak kontinyunya kurva nilai produk marjinal MR, maka kenaikan biaya produksi tidak selalu perlu dibarengi dengan kenaikan harga penjualan.
Selain perubahan harga itu terjadi sedemikian rupa, sehingga kurva MC tetap tidak memotong kurva AC atau BF, perubahan harga tidak perlu dilakukan, karena keuntungan yang diperoleh masih tetap maksimum. Jadi selagi biaya marjinal masih berada diantara A dan B atau sama dengan A atau B, perusahaan akan tetap menjalankan kapasitas produksi sebesar Y1 satuan dengan harga penjualan sebesar P1 seperti terlihat pada Gambar diatas.
Sekarang bagaimana pula pengaruh perubahan permintaan pasar terhadap suatu pengusaha duopoli, akan kita jelaskan dengan Gambar di bawah. Dimisalkan keadaan suatu pengusaha duopoli seperti ditunjukkan oleh gambar. Kemudian jika diumpamakan pula terjadi pergeseran permintaan pasar hingga jumlah produk yang dihasilkan duopoli itu diminta lebih banyak oleh pasar produk itu, maka dengan sendirinya kurva permintaan pengusaha duopoli tadi bergeser pula ke kanan seperti ditunjukkan oleh Gambar di bawah. Kurva permintaan bagi pengusaha duopoli itu berubah dari kurva CDE menjadi kurva C2D2E2 pada Gambar di bawah dengan titik patah yang tetap sama dengan harga produk semula.
Bila biaya perusahaan duopoli itu tetap dan pertambahan permintaan pasar itu sedemikian kecil sehingga pergeseran kurva permintaan pengusaha duopoli itu masih tetap mengakibatkan kurva biaya marjinal memotong kurva nilai produk marjinal pada bahagian yang tidak kontinyu, harga penjualan tidak perlu dinaukkan, tetapi tetap pada harga semula yaitu harga P. Cuma kapasitas produksi harus ditingkatkan menjadi Y2 satuan seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
Pengaruh Perubahan Permintaan Pasar Terhadap Suatu Pengusaha Duopoli |
Begitu juga sebaliknya jika permintaan pasar berkurang, sedang biaya produksi tetap, dan perubahan permintaan pasar itu membawa akibat berubahnya kurva permintaan bagi pengusaha duopoli itu seperti terlihat pada Gambar, tetapi biaya marjinal masih tetap memotong kurva MR yang baru pada bagian yang tidak kontinyu , pengusaha duopoli tidak perlu menurunkan harga penjualan, tetapi tetap dengan harga penjualan semula yaitu pada harga P. Cuma saja kapsitas produksi yang harus dikurangi menjadi sebesar Y1 seperti terlihat pada Gambar .
Jadi sekarang dapat disimpulkan bahwa pengaruh perubahan permintaan pasar bagi suatu pengusaha duopoli tidak selalu membawa perubahan pada harga penjualan seperti pada pasar produk dengan persaingan sempurna. Hal itu adalah karena kurva permintaan bagi pengusaha duopoli adalah kurva yang patah, sehingga kurva nilai produk marjinalnya menjadi tidak kontinyu atau selagi biaya marjinal masih memotong kurva MR pada bahagian yang tidak kontinyu, perubahan harga tidak perlu diadakan. Yang perlu diadakan perubahan hanyalah kapasitas produksi sesuai dengan perubahan permintaan pasar itu sendiri seperti yang digambarkan oleh Gambar diatas.
Analisa pasar duopolistik dengan menggunakan teori kurva permintaan yang patah (kinked demand theory) itu juga mendapat kritik dari beberapa ahli ekonomi seperti George J. Stigler. Antara lain dikemukannya bahwa teori kurva permintaan yang patah itu bukanlah menjelaskan tentang perubahan-perubahan harga, melainkan teori tentang tetapnya harga dalam persaingan yang duopolistik. Kemudian bagaimana caranya suatu pengusaha duopoli dapat mengetahui bahwa harga pasar yang berlaku itu persis berada pada titik patah kurva permintaannya juga tidak jelas dalam teori itu.
Kesulitan lain dari teori itu aialah sulitnya untuk dapat diuji secara empiris. Dan akhirnya juga dikemukannya tentang kesulitan untuk menentukan harga pada titik patah tersebut karena teori itu hanya diasumsikan saja bahwa harga telah ada pada titik patah itu, tetapi bagaimana terjadinya harga pada titik patah itu pada mulanya tidak dijelaskan.
Demikian antara lain kritik-kritik yang dilemparkan sementara ahli terhadap teori kurva permintaan yang patah bagi pengusaha duopoli seperti telah dibahas seperlunya.
Demikian juga ulasan artikel yang agak panjang yang membahas tentang Pengertian PASAR DUOPOLI, Teori, Kelebihan dan Kekurangan, Serta Contohnya yang lengkap kami rangkum dari buku bacaan pribadi kami. Semoga bermanfaat dalam pembuatan artikel / materi / makalah pasar duopoli anda. Mohon maaf bila ada kesalahan dan terima kasih telah berkunjung.