Pengertian PASAR OLIGOPOLI, Ciri - Ciri, Kelebihan dan Kekurangan, Sistem Harga, dan Contohnya
Saturday, February 17, 2018
Edit
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa teori pasar dengan persaingan duopolistik merupakan dasar bagi teori pasar dengan persaingan oligopolistik.
Pengertian Pasar oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar ( price leader ). Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.
Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Di Indonesia pasar oligopoli dapat dengan mudah kita jumpai, misalnya pada pasar semen, pasar layanan operator selular, pasar otomotif serta pasar yang bergerak dalam industri berat.
Definisi Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya.
Pada dasarnya ada teori pokok yang dikemukakan dalam menganalisa pasar oligopoli ini, yakni: (1) antara satu pengusaha satu dengan pengusaha lainnya dalam pasar oligopoli tidak terdapat suatu ikatan tertentu (independent action), (2) antara pengusaha-pengusaha yang turut dalam pasar oligopoli itu terdapat suatu ikatan (collusion) tertentu. Bentuk ikatan itu ada yang sempurna (perfect collusion) dan ada yang tidak sempurna (imperfect collusion)
Salah satu akibat dari pada bebasnya masing-masing pengusaha oligopoli dalam menentukan kebijaksanaan masing-masing, baik dalam hal harga penjualan dan kapasitas produksi maupun dalam hal lain-lain, ialah timbulnya perang harga antara sesama perusahaan oligopoli itu. Timbulnya perang harga ini dapat dianalisa sebagai berikut: Seorang pengusaha menurunkan harga untuk memperbesar jumlah penjualannya. Tetapi tindakannya itu berarti menarik pembeli dari pengusaha lain yang membawa akibat kepada pengusaha lain dalam bentuk berkurangnya jumlah pembeli bagi mereka.
Oleh sebab itu merekapun turut menurunkan harga penjualan agar jumlah pembeli meningkat kembali. Malah kalau perlu harga penjualan yang dilakukan lebih rendah lagi dari harga pengusaha yang menurunkan harga mula-mula tadi. Akhir daripada perang harga ini ialah membawa kehancuran bagi beberapa perusahaan tertentu yang turut dalam pasar produk yang oligopoli itu.
Kalau analisa ini dilanjutkan dengan pertanyaan kenapa ada diantara pengusaha itu yang mau menurunkan harga penjualannya, maka jawabannya ialah, karena ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Salah satu faktor ialah karena pengusaha tersebut mempunyai taksiran yang salah mengenai tindakan yang akan diambil saingannya, akibat perbuatan yang akan dijalankannya. Ini mungkin terjadi karena pengusaha tersebut masih baru atau belum lagi berpengalaman dalam pasar oligopoli.
Tetapi walaupun suatu pengusaha itu telah berpengalaman cukup, ada juga kemungkinan pengusaha itu menurunkan harga penjualannya. Hal itu dilakukannya, karena persediaan produknya yang melebihi permintaan dan gudang untuk penyimpanan tidak ada atau ongkos gudang sangat tinggi, hingga ia bersedia menurunkan harga agar seluruh produk yang telah dihasilkannya terjual habis.
Sekarang sampai dimana kemampuan suatu pengusaha oligopoli untuk dapat mengikuti perang harga itu, tergantung kepada produk yang dihasilkan dan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut. Bila produk yang dihasilkan adalah homogen, sehingga pasar produk adalah oligopoli murni, maka tiap-tiao pengusaha oligopoli itu hanya akan turut dalam perang harga sampai batas keuntungan normal (normal profit). Kalau produk yang dihasilkan tidak homogen (oligopoli yang dibedakan), maka batas ikut sertanya dalam perang harga itu ialah pada tingkat harga dimana biaya rata-rata (AC) sama dengan nilai produk rata-rata (NPR). Untuk jelasnya perhatikanlah Gambar di bawah ini.
Pengertian Pasar oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar ( price leader ). Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.
Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Di Indonesia pasar oligopoli dapat dengan mudah kita jumpai, misalnya pada pasar semen, pasar layanan operator selular, pasar otomotif serta pasar yang bergerak dalam industri berat.
Definisi Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya.
Ciri - Ciri Pasar Oligopoli:
- Harga produk yang dijual relatif sama
- Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses
- Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar
- Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain
Pada dasarnya ada teori pokok yang dikemukakan dalam menganalisa pasar oligopoli ini, yakni: (1) antara satu pengusaha satu dengan pengusaha lainnya dalam pasar oligopoli tidak terdapat suatu ikatan tertentu (independent action), (2) antara pengusaha-pengusaha yang turut dalam pasar oligopoli itu terdapat suatu ikatan (collusion) tertentu. Bentuk ikatan itu ada yang sempurna (perfect collusion) dan ada yang tidak sempurna (imperfect collusion)
Kelebihan dan Kekurangan Serta Sistem Harga Pasar Oligopoli
#1. Masing-masing Pengusaha Bebas Dalam Menentukan TindakanSalah satu akibat dari pada bebasnya masing-masing pengusaha oligopoli dalam menentukan kebijaksanaan masing-masing, baik dalam hal harga penjualan dan kapasitas produksi maupun dalam hal lain-lain, ialah timbulnya perang harga antara sesama perusahaan oligopoli itu. Timbulnya perang harga ini dapat dianalisa sebagai berikut: Seorang pengusaha menurunkan harga untuk memperbesar jumlah penjualannya. Tetapi tindakannya itu berarti menarik pembeli dari pengusaha lain yang membawa akibat kepada pengusaha lain dalam bentuk berkurangnya jumlah pembeli bagi mereka.
Oleh sebab itu merekapun turut menurunkan harga penjualan agar jumlah pembeli meningkat kembali. Malah kalau perlu harga penjualan yang dilakukan lebih rendah lagi dari harga pengusaha yang menurunkan harga mula-mula tadi. Akhir daripada perang harga ini ialah membawa kehancuran bagi beberapa perusahaan tertentu yang turut dalam pasar produk yang oligopoli itu.
Kalau analisa ini dilanjutkan dengan pertanyaan kenapa ada diantara pengusaha itu yang mau menurunkan harga penjualannya, maka jawabannya ialah, karena ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Salah satu faktor ialah karena pengusaha tersebut mempunyai taksiran yang salah mengenai tindakan yang akan diambil saingannya, akibat perbuatan yang akan dijalankannya. Ini mungkin terjadi karena pengusaha tersebut masih baru atau belum lagi berpengalaman dalam pasar oligopoli.
Tetapi walaupun suatu pengusaha itu telah berpengalaman cukup, ada juga kemungkinan pengusaha itu menurunkan harga penjualannya. Hal itu dilakukannya, karena persediaan produknya yang melebihi permintaan dan gudang untuk penyimpanan tidak ada atau ongkos gudang sangat tinggi, hingga ia bersedia menurunkan harga agar seluruh produk yang telah dihasilkannya terjual habis.
Sekarang sampai dimana kemampuan suatu pengusaha oligopoli untuk dapat mengikuti perang harga itu, tergantung kepada produk yang dihasilkan dan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut. Bila produk yang dihasilkan adalah homogen, sehingga pasar produk adalah oligopoli murni, maka tiap-tiao pengusaha oligopoli itu hanya akan turut dalam perang harga sampai batas keuntungan normal (normal profit). Kalau produk yang dihasilkan tidak homogen (oligopoli yang dibedakan), maka batas ikut sertanya dalam perang harga itu ialah pada tingkat harga dimana biaya rata-rata (AC) sama dengan nilai produk rata-rata (NPR). Untuk jelasnya perhatikanlah Gambar di bawah ini.
Sistem Harga Bagi Pengusaha Oligopoli |
Gambar a memperlihatkan keadaan suatu perusahaan dengan persaingan oligopoli murni dalam perang harga. Pengusaha itu hanya akan turut dalam perang harga sampai harga sebesar P1 dengan kapasitas produksi sebesar Y1 satuan, pada saat harga produk sama besar dengan biaya rata-rata. Jika harga turun lagi lebih rendah daripada P1 pengusaha tersebut terpaksa menghentikan perusahaannya, karena dalam jangka panjang perusahaannya akan menderita kerugian. Dalam batas harga sebesar P1 dengan kapasitas produksi sebesar Y1 itu, pengusaha masih memperoleh keuntungan normal (normal profit). Tetapi jika harga lebih rendah lagi akan menderita kerugian dalam jangka panjang.
Gambar b memperlihatkan suatu perusahaan yang menghasilkan produk dengan pasar oligopoli yang dibedakan. Batas harga yang dapat dia ikuti dalam perang harga yang terjadi adalah pada harga P2 dengan kapasitas produksi sebanyak Y2 satuan, pada saat harga sama dengan biaya rata-rata. Tetapi kapasitas produksi sebesar Y2 masih di bawah kapasitas produksi optimum, sebab batas kapasitas produksi optimum ialah pada saat biaya rata-rata sama dengan biaya marjinal. Bila harga lebih rendah dari harga P2, perusahaan itu terpaksa pula ditutup karena biaya rata-rata telah lebih besar daripada produk rata-rata yang diperolehnya.
Teori lain yang digunakan untuk menganalisa perusahaan oligopoli yang bebas itu, ialah teori kurva permintaan pengusaha oligopoli yang patah seperti telah kita bicarakan dalam membahas pasar duopoli.
#2. Penggabungan Sempurna
Selanjutnya akan kita bicarakan tentang teori penggabungan sempurna (perfect collusion). Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing pengusaha produk dengan pasar bersaingan oligopolistik itu merupakan bagian dari suatu industri. Atau dengan perkataan lain semua perusahaan oligopoli itu menggabungkan diri secara sempurna menjadi suatu perusahaan besar, misalnya suatu kartel. Dengan asumsi itu, semua kebijaksanaan, terutama dalam hal menentukan harga dan kapasitas produksi diatur oleh kartel itu. Dengan demikian kartel itu merupakan suatu perusahaan monopoli murni yang anggotanya terdiri dari beberapa perusahaan oligopoli.
Dengan teori ini, penentuan harga dan kapasitas produksi masing-masing perusahaan ditentukan dengan jalan mencari kapasitas produksi dan harga penjualan kartel yang merupakan perusahaan monopoli murni itu. Permintaan bagi kartel adalah permintaan pasar, sedang biaya marjinalnya merupakan jumlah biaya marjinal seluruh perusahaan oligopoli yang bergabung dalam kartel itu. Dengan diketahuinya permintaan pasar dapatlah dihitung nilai produk marjinal kartel.
Dan karena syarat bagi suatu perusahaan monopoli murni agar tercapai keuntungan maksimum, kapasitas produksi harus dijalankan sedemikian rupa sehingga biaya marjinal kartel sama dengan nilai produk marjinal (MC = MR) dapatlah ditentukan kapasitas produksi dan harga penjualan kartel. Harga penjualan kartel juga merupakan harga penjualan bagi perusahaan oligopoli yang bergabung dalam kartel itu. Kapasitas masing-masing perusahaan oligopoli yang bergabung dalam kartel itu dapat ditentukan dengan jalan memnuhi syarat seperti rumus berikut, yaitu:
MRk = MC1 = MC2 = ............................... = MCn(8)
Dimana:
MRk = nilai produk marjinal kartel
MC1, MC2, ................., MCn = biaya marjinal masing-masin perusahaan yang tergabung dalam kartel tersebut.
Untuk jelasnya marilah kita perhatikan Gambar di bawah ini.
Sistem Harga dan Kapasitas Produksi Perusahaan Pasar Oligopoli Bergabung Sempurna |
Gambar diatas menunjukkan keadaan suatu kartel, dimana kurva M adalah kurva permintaan pasar produk Y yang dihasilkan oleh kartel tersebut. Dengan demikian kurva MR merupakan kurva nilai produk marjinal kartel. Kurva MC ialah kurva biaya marjinal kartel yang merupakan penjumlahan horisontal dari biaya marjinal seluruh perusahaan oligopoli yang bergabung dalam kartel tersebut. Jadi kapasitas produksi kartel adalah sebesar Yk produk dengan harga penjualan sebesar P rupiah untuk setiap satuan produk yang dihasilkan.
Gambar b dan c menunjukkan keadaan dua buah perusahaan oligopoli yang bergabung sempurna dalam kartel tersebut dengan biaya produksi yang berbeda antara satu sama lainnya seperti digambarkan oleh kurva-kurva MC1 dan AC1 (Gambar b) dan MC2 dan AC2 (Gambar c). Maka kapasitas produksi masing-masing perusahaan oligopoli yang bergabung dalam kartel tersebut haruslah dijalankan sedemikian rupa sehingga:
MRk = MC1 = MC2 (sesuai rumus 8)
Dalam Gambar 65 diatas, nilai MRk, MC1dan MC2 itu harus sama dengan r rupiah, dimana dengan nilai ini kapasitas produksi masing-masing perusahaan itu ialah sebesar Y1 satuan (Gambar 65b) dan Y2 satuan (Gambar 65c). Harga penjualan masing-masing perusahaan sama dengan harga penjualan kartel yaitu sebesar P rupiah untuk setiap produk yang mereka hasilkan.
Karena struktur pembiayaan masing-masing perusahaan berbeda, maka tidak hanya kapasitas produksi yang berbeda, tetapi juga keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan turut berbeda yaitu sebesar C1P x Y1 rupiah untuk perusahaan yang satu (Gambar 65b) dan sebesar C2P x Y2 rupiah untuk perusahaan yang satu lagi (Gambar 65c). Keuntungan yang diperoleh sebagai kartel ialah jumlah keuntungan semua perusahaan yang menjadi anggota kartel tersebut, sehingga dapat pula dirumuskan:
πk = π1 + π2 + ....................+ πn(9)
Dimana:
π = keuntungan
k = kartel
1,2,............,n ialah perusahaan pertama, kedua, ......perusahaan ke-n
Begitu juga jumlah produk yang dihasilkan kartel merupakan jumlah semua produk yang dihasilkan oleh seluruh perusahaan yang tergabung dalam kartel tersebut, atau dengan rumus:
Yk = Y1 + Y2 + ......................+ Yn(10)
Perbedaannya dengan perusahaan oligopoli yang bebas melakukan kebijaksanaan ialah sbb:
Pada perusahaan oligopoli yang bergabung secara sempurna dalam kartel, keuntungan maksimum diperoleh kartel, sedang bagi masing-masing perusahaan anggota kartel tidaklah selalu maksimum seperti terlihat pada Gambar 65c, dimana MR2 tidak sama dengan MC2, sedang syarat keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut haruslah MR2 = MC2. Bagi perusahaan oligopoli tanpa penggabungan masing-masing pengusaha mengadakan taksiran tentang biaya perusahaan-perusahaan saingannya dan menaksir jumlah permintaan pasar.
Dari hasil penaksiran itu, masing-masing mereka menjalankan kebijaksanaan produksi dengan kapasitas sedemikian rupa sehingga masing-masing perusahaan mendapatkan keuntungan maksimum agar tercapai kesetimbangan harga pasar. Atau dengan kata lain, permintaan pasar dibagi kepada seluruh pengusaha oligopoli sedemikian rupa hingga permintaan bagi masing-masing pengusaha menghasilkan keuntungan maksimum pada harga kesetimbangan pasar yang diharapkan, seperti telah kita bahas selengkapnya dalam membicarakan pasar dengan persaingan duopolistik terdahulu.
#3. Penggabungan Tidak Sempurna
Teori pasar oligopoli selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan asumsi bahwa diantara pengusaha-pengusaha oligopoli yang menghasilkan produk yang homogen, terjadi juga penggabungan, tetapi penggabungan itu secara diam-diam, bukan dengan membentuk kartel seperti yang telah diuraikan. Karena itu sifat penggabungan tersebut dinamakan tidak sempurna (imperfect collusion).
Keadaan pasar oligopoli yang demikian digambarkan sbb: Dari sekian banyak perusahaan yang ikut dalam pasar oligopoli itu, salah satu diantaranya secara tidak langsung ditunjuk sebagai pengusaha yang menentukan harga (price leader). Munculnya pengusaha yang mengendalikan harga penjualan itu adalah karena diantara semua pengusaha oligopoli dialah pengusaha yang terbesar baik dalam permodalan, maupun dalam hal pemasaran hasil produk.
Maka oleh sebab itu pengusaha yang merupakan price leader itu, menentukan kapasitas produksi usahanya seperti seorang pengusaha monopoli murni. Cuma saja karena produk yang dihasilkannya kurang dari jumlah permintaan pasar, maka sisa permintaan pasar itu diserahkanya kepada pengusaha-pengusaha oligopoli lainnya yang idanggap sebagai pengikut tidak langsung dari pengusaha price leader tadi. Oleh sebab itu kapasitas produksi masing-masing pengikut tadi dijalankan sedemikian rupa sehingga:
MRph = MCph (11)
PY = Mph = Mps = MC1 = MC2 =........= MCn (12)
Dimana:
MRph= nilai produk marjinal pengendali harga
MCph= biaya marjinal pengusaha pengendali harga
PY= harga penjualan produk Y untuk setiap satuan produk
Mph= permintaan bagi pengusaha pengendali harga
Mps= permintaan pasar
MC1, MC2,.....= MCn = biaya marjinal masing-masing pengusaha pengikut
MCph = ∑MCp(13)
dimana ∑MCp adalah penjulahan horisontal biaya marjinal perusahaan pengikut.
Mps = Mph +∑Mp (14)
dimana ∑Mp adalah penjumlahan horisontal permintaan bagi semua pengusaha pengikut.
Rumus-rumus (7), (8), (9) dan (10) diatas akan lebih jelas terlihat bila digambarkan dalam suatu grafik seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
Penentuan Harga dan kapsitas Produksi Perusahaan-Perusahaan Oligopoli Yang Bergabung Tidak Sempurna (imperfect collusion) |
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa pembentukan harga pasar produk didapatkan dengan jalan menjadikan perusahaan pengendali harga sebagai pengusaha monopololi murni, sehingga kapasitas produksi perusahaan pengendalu harga itu adalah sebesar Yph satuan produk dengan harga penjualan PY rupiah untuk setiap satua produk yang dihasilkan (MRph = MCph).
Setelah harga penjualan didapatkan, maka kapasitas produksi pengusaha-pengusaha pengikutnya dapat ditentukan dengan jalan asumsi bahwa diantara masing-masing pengusaha pengikut terdapat persaingan sempurna, hingga kapasitas produksi masing-masing pengusaha pengikut dapat dicapai dengan menentukan PY = MCp. Dengan syarat ini didapatkanlah kapasitas produksi pengikut yang jumlah seluruhnya adalah sebesar Yp satuan. Dari grafik itu juga terlihat bahwa Yph + Yp = Yps.
Bila kita menginginkan berapa kapasitas produksi masing-masing pengikut pada harga yang telah ditentukan pengusaha pengendali harga itu, perhatikanlah Gambar di bawah ini.
Penentuan kapasitas produksi masing-masing pengusaha Oligopoli yang bergabung secara tidak sempurna |
Gambar a memperlihatkan situasi pengusaha pengendali harga (price leader). Gambar b dan c menunjukkan situasi dua perusahaan pengikut pengusaha pengendali harga. Perbedaannya jelas terlihat pada kurva permintaan bagi masing-masing perusahaan itu. Bagi pengusaha pengendali harga kurva permintaan baginya adalah seperti kurva permintaan pengusaha monopoli, yaitu kurva yang miring turun dari kiri ke kanan, sedang kurva permintaan bagi pengusaha pengikut adalah sejajar dngan sumbu horisontal.
Bila pengusaha pengendali harga menginginkan keuntungan maksimum maka kapasitas produksi yang dijalankannya adalah sebesar Yph dengan harga penjualan sebesar PY rupiah untuk setiap satuan produk yang dihasilkan. Harga ini menjadi ikutan pengusaha pengikutnya yang ditunjukkan oleh Gambar b dan c, dimana kapasitas produksi masing-masingnya adalah sebesar Y1 dan Y2 satuan (PY = MC1 = MC2).
Kemudian bila pengusaha pengendali harga menurunkan harga penjualannya menjadi PY’ agar kapasitas produksinya dapat ditingkatkan (bila pembiayaan dan permintaan tetap keuntungan tidak lagi maksimum), maka perusahaan pengikutnya harus pula mengikuti penurunan harga walaupun hal itu mengakibatkan harus dikuranginya kapasitas produksi, masing-masingnya menjadi Y1’ dan Y2’. Penurunan harga itu masih dapat diikuti oleh pengikutnya karena masih menguntungkan perusahaan (bagi perusahaan pada Gambar di atas sendiri keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan normal, karena PY’ = AC2) karena NPR masih lebih tinggi atau sama dengan AC masing-masing perusahaan.
Demikian ulasan artikel kami terkait dengan Pengertian PASAR OLIGOPOLI, Ciri - Ciri, Kelebihan dan Kekurangan, Sistem Harga, dan Contohnya yang kami rangkum dalam buku bacaan pribadi kami. Semoga bermafaat dalam pembuatan materi makalah pasar oligopoli. Mohon maaf bila ada kesalahan dan terima kasih telah berkunjung.
Sumber: Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta: CSS.