ALLAH MELARANG UMAT ISLAM MENCACI SESEMBAHAN SELAIN DIA
Tuesday, May 16, 2017
Edit
Saudaraku sesama muslim ditengah merebaknya isu sara yang dilontarkan orang yang tak kenyang dengan urusan duniawi. apalagi tentang kasuk pak Ahok yang menyeret pro dan kontra dimana-mana . dari kaum elite bahkan sampai rakyat jelata dibawa-bawa untuk masuk dalam perangkap adu domba mereka. yang pada akhirnya membawa perpecahan dimana-mana. kita sesama saudara sebangsa baik seiman atau tidak saling caci mencaci, apalagi di media sosial sangat disayangkan jikalau urusan politik SARA menjadikan kita umat islam jadi terpancing untuk saling menistakan Tuhan pemeluk agama lain. Padahal kalo kita mencermati hakikat yang benar sesuai dengan petunjuk hidup kita didunia maka tidaklah kejadian tersebut .
Sebagai agama yang haq dan paripurna, Islam mengatur seluruh urusan. Termasuk dalam aturan Islam ialah larangan mencaci maki, menghina, mengolok-olok atau menjelek-jelekkan sesembahan penganut kepercayaan lain. Saking pentingnya perkara ini, Allah Ta’ala sendiri yang mengaturnya sebagaima disebutkan dalam Firman-Nya yang mulia.
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs al-An’am [6]: 108)
Ayat ini diturunkan terkait tindakan beberapa kaum Muslimin generasi awal yang mencaci maki sesembahan orang-orang kafir Quraisy. Orang-orang kafir Qursaisy pun berkata, “Hai Muhammad, engkau hentikan makianmu terhadap sesembahan-sesembahan kami, atau kami akan mencaci maki Rabbmu!” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam pun melarang kaum Muslimin menghina sesembahan-sesembahan orang kafir, lalu Allah Ta’ala menurunkan surat al-An’am [6] ayat 108 ini.
Keterangan lainnya menyebutkan, dahulu kaum Muslimin mencaci berhala-berhala orang kafir, lantas mereka melakukan balasan dengan menghina Allah Ta’ala secara berlebihan tanpa sedikit pun bekal pengetahuan di dalam dirinya. Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan orang-orang yang beriman untuk mencari maki sesembahan-sesembahan kaum musyrik, meski cacian itu mengandung kemaslahatan.” Alasan pelarangnnya, masih merujuk kepada penjelasan beliau dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, “(Karena mencaci maki sesembahan orang kafir) menimbulkan kerusakan yang lebih besar dari kemaslahatan itu sendiri.” Hinaan dan cacian sebagian kaum Muslimin terhadap sesembahan-sesembahan kaum kafir bisa menjadi pemicu bagi orang kafir untuk menghina Allah Ta’ala, padahal Dia Mahasuci dan Mahamulia.
Satu ayat ini saja sudah menjadi bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat sempurna. Kita tidak diperkenankan menghina sesembahan-sesembahan orang kafir atau kepercayaan lainnya demi menjaga kemuliaan Allah Ta’ala. Namun demikian, mereka tetap berhak mendapatkan sentuhan dakwah. Mereka harus diingatkan bahwa jalan yang ditempuh itu keliru. Mereka harus diberitahu bahwa ujung dari penyembahan kepada selain Allah Ta’ala ialah neraka yang amat berat dan mengerikan siksanya. Wallahu a’lam.
Sebagai agama yang haq dan paripurna, Islam mengatur seluruh urusan. Termasuk dalam aturan Islam ialah larangan mencaci maki, menghina, mengolok-olok atau menjelek-jelekkan sesembahan penganut kepercayaan lain. Saking pentingnya perkara ini, Allah Ta’ala sendiri yang mengaturnya sebagaima disebutkan dalam Firman-Nya yang mulia.
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs al-An’am [6]: 108)
Ayat ini diturunkan terkait tindakan beberapa kaum Muslimin generasi awal yang mencaci maki sesembahan orang-orang kafir Quraisy. Orang-orang kafir Qursaisy pun berkata, “Hai Muhammad, engkau hentikan makianmu terhadap sesembahan-sesembahan kami, atau kami akan mencaci maki Rabbmu!” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam pun melarang kaum Muslimin menghina sesembahan-sesembahan orang kafir, lalu Allah Ta’ala menurunkan surat al-An’am [6] ayat 108 ini.
Keterangan lainnya menyebutkan, dahulu kaum Muslimin mencaci berhala-berhala orang kafir, lantas mereka melakukan balasan dengan menghina Allah Ta’ala secara berlebihan tanpa sedikit pun bekal pengetahuan di dalam dirinya. Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan orang-orang yang beriman untuk mencari maki sesembahan-sesembahan kaum musyrik, meski cacian itu mengandung kemaslahatan.” Alasan pelarangnnya, masih merujuk kepada penjelasan beliau dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, “(Karena mencaci maki sesembahan orang kafir) menimbulkan kerusakan yang lebih besar dari kemaslahatan itu sendiri.” Hinaan dan cacian sebagian kaum Muslimin terhadap sesembahan-sesembahan kaum kafir bisa menjadi pemicu bagi orang kafir untuk menghina Allah Ta’ala, padahal Dia Mahasuci dan Mahamulia.
Satu ayat ini saja sudah menjadi bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat sempurna. Kita tidak diperkenankan menghina sesembahan-sesembahan orang kafir atau kepercayaan lainnya demi menjaga kemuliaan Allah Ta’ala. Namun demikian, mereka tetap berhak mendapatkan sentuhan dakwah. Mereka harus diingatkan bahwa jalan yang ditempuh itu keliru. Mereka harus diberitahu bahwa ujung dari penyembahan kepada selain Allah Ta’ala ialah neraka yang amat berat dan mengerikan siksanya. Wallahu a’lam.