Suami Talak Istri dan Perintahkan Untuk Membawa Apa Saja Yang Ia Suka. Apa yang dilakukan Sang Istri Justru di Luar Dugaan

Sebuah kisah yang bisa dibilang sangat mengerikan dan mengharukan tetapi bisa dijadikan sebagai motifasi para suami dan juga para istri, atau bisa  juga menginspirasi para calon suami maupun istri. Kisah ini sangat sayang apabila dilewatkan, maka bacalah satu demi satu kata yang tertulis dalam lembaran ini supaya kita mengerti cerita yang sesungguhnya.

Pada suatu hari disebuah rumah besar yang mewah, tinggalah sepasang suami istri. Mereka bernama Azahra dan Aldi.

Aldi merupakan anak yang paling dihormati keberadaannya karena dia merupakan anak tunggal dari keturunan keluarganya yang hidupnya tersohor karena kekayaan yang melimpah. Sangat bertolak belakang dengan Azahra yang hanya berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Meski pun demikian, kedua orang tua Aldi begitu menyayangi menantunya itu karena memiliki sifat yang baik, patuh padanya, dan rajin menjalankan ibadah.

Selain itu, Azahra sudah tidak memiliki orang tua lagi karena mereka telah meninggal dunia sejak Azahra masih kecil. Dimata orang-orang  pasangan tersebut adalah pasangan yang idial, sebab tampak harmonis, para tetangga pun juga sangat mengetahui pasti bahwa mereka telah merintis usahanya mulai dari nol hingga kini mereka hidup mapan.

Namun tanpa terasa pernikahan mereka pun kini genap  10 tahun, tetapi sayangnya mereka belum dikaruniai buah hati. Hal itu membuat hati Aldi merasa risau, karena dia sudah rindu akan hadirnya sang buah hati ditengah-tengah pernikahannya.

Oleh sebab itulah, Aldi berniat untuk mengakhiri rumah tangganya dengan Azahra, karena dirasa istrinya itu tidak bisa memberikan keturunan untuknya. Setelah melalui pembicaraan yang sangat panjang, pada akhirnya Azahra pun menerima keputusan sang suami.

Meski hati terasa perih tetapi dia mencoba untuk mengikhlaskan perpisahan dengan sang suami. Dengan perasaan tak menentu, mereka pun menyampaikan maksudnya kepada orang tuanya. Tentu orang tuanya sangat menentang keras niat Aldi tersebut, mereka tidak setuju  tetapi orang tuanya tak kuasa lagi karena keputusan Aldi sudah sangat bulat untuk tetap menceraikan Azahra.

Perdebatan antara orang tua dengan anak pun kini terjadi, Aldi mempertahankan niatnya, orang tuanya mempertahankan argumennya bahwa suatu saat nanti akan dikarunia cucu dari menantunya itu, sementara Azahra hanya bisa menangis pasrah pada Allah Swt. Setelah melalui perdebatan yang sangat panjang dan menegangkan, pada akhirnya orang tua Aldi pun merestui percerian mereka tetapi dengan satu syarat yakni perceraian mereka juga harus diiringi dengan pesta yang sangat besar seperti dikala pernikahannya dulu.
Aldi menyetujui permintaan orang tuanya, sebagai wujud bahwa dia sebenarnya tidak ingin mengecewakannya. Selang beberapa  waktu pada akhirnya pesta itu pun diselenggarakan dengan sangat megah, tetapi tidak bagi pasangan tersebut.

Aldi dalam pesta tersebut tidak tampak bahagia, melainkan dia terlihat bingung, stres, badan tampak kurus kering tak seperti dulu lagi. Sedangkan Azahra terus termenung dan sesekali menyeka bulir bening yang terus menetes tanpa henti.

Aldi pun tak sanggup menahan rasa yang kini bergejolak di hatinya, dia berdiri dihadapan orang-orang banyak lalu berkata:
“Istriku yang paling cantik, ketika engkau pergi nanti, bawalah apa saja yang engkau sayangi dan engkau mau sesuka hatimu,” katanya dengan terisak.

Setelah berkata demikian, Aldi pun pingsan tak sadarkan diri. Esok harinya setelah pesta itu berakhir Aldi pun mulai sadarkan diri dari pingsanya, kepalanya masih sangat pening, dia bingung dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Dia mulai mencari-cari sosok perempuan yang selama ini menemani hidupnya, menyayangi dengan sepenuh hati.

“Aku ada dimana sekarang ini?” tanya Aldi kepada mereka.
“Kamu ada di rumah istrimu Al,” jawab Ibu Aldi.
“Mana Azahra?” tanya Aldi.
“Aku ada di sini mas,” katanya.
“Kenapa engkau bawa aku ke sini?” tanya Aldi.
“Bukankah mas Aldi bilang untuk membawa apa yang aku sukai dan aku sayangi?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
“Iya, benar, lalu?” tanya Aldi.
“Sungguh, tiada barang atau harta yang paling aku sayangi, tetapi hanya Mas yang paling aku sayangi,” jawabnya.

Aldi pun hanya terdiam, dia menyesali semua perbuatannya selama ini. Pada akhirnya dia meminta maaf pada Azahra dan berjanji untuk hidup bersamanya hingga ajal menjemputnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel