Pengertian, Aspek, Tahapan dan Faktor Penerimaan Diri

Pengertian Penerimaan Diri 

 Penerimaan diri atau self acceptance adalah suatu kondisi dan sikap positif individu dala Pengertian, Aspek, Tahapan dan Faktor Penerimaan Diri
Ilustrasi Penerimaan Diri
Penerimaan diri atau self acceptance adalah suatu kondisi dan sikap positif individu dalam bentuk penghargaan terhadap diri, menerima segala kelebihan dan kekurangan, mengetahui kemampuan dan kelemahan, tidak menyalahkan diri sendiri maupun orang lain dan berusaha sebaik mungkin agar dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Penerimaan diri berhubungan dengan konsep diri yang positif, dimana dengan konsep diri yang positif, seseorang dapat menerima dan memahami fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya. Seseorang yang menerima dirinya memiliki penilaian realistis terhadap sumber daya yang dimiliki yang kemudian dikombinasikan dengan penghargaan atas dirinya sendiri, yakin akan standar dan diri sendiri tanpa harus dikendalikan oleh orang lain dan memiliki penilaian realistis mengenai keterbatasan tanpa harus mencela diri sendiri.

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi penerimaan diri dari beberapa sumber referensi:
  • Menurut Chaplin (2004), penerimaan diri adalah sikap pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas, bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri. 
  • Menurut Hurlock (2006), penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. 
  • Menurut Schultz (1991), penerimaan diri adalah menerima semua segi yang ada pada dirinya, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan serta tidak menyerah kepada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut.
  • Menurut Germer (2009), penerimaan diri sebagai kemampuan individu untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa dirinya yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan oleh individu.
  • Menurut Cronbach (1963), penerimaan diri adalah sejauh mana individu dapat menyadari, memahami karakteristik yang ada pada dirinya dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidup. Sikap penerimaan diri ini ditunjukkan dengan mengakui kelebihan-kelebihan serta menerima kelemahan-kelemahannya yang ada pada dirinya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan yang terus untuk mengembangkan diri.

Aspek-aspek Penerimaan Diri 

Menurut Jersild (1978), terdapat beberapa aspek dalam penerimaan diri, yaitu sebagai berikut:
  1. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan. Individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistis tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan orang lain. 
  2. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain. Individu yang memiliki penerimaan diri memandang kelemahan dan kekuatan dalam dirinya, lebih baik dari pada individu yang tidak memiliki penerimaan diri. 
  3. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri. Seseorang individu yang terkadang merasakan inferioritas atau disebut dengan infiriority complex adalah seseorang individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri dan hal tersebut akan menunggu penilaian yang realistis atas dirinya. 
  4. Respon atas penolakan dan kritikan. Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan, namun demikian ia mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut. 
  5. Keseimbangan antara real self dan ideal self. Individu yang memiliki penerimaan diri mempertahankan harapan dan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik dalam batas-batas kemungkinan dapat diraih. 
  6. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain. Hal ini berarti apabila seorang individu menyayangi dirinya, dan mampu menerima segala kekuatan dan kekurangan diri, maka akan lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain dan menerima orang lain dengan baik. 
  7. Menuruti kehendak dan menonjolkan diri. Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti ia memanjakan dirinya, akan tetapi ia akan menerima bahkan menuntut kelayakan dalam kehidupannya dan tidak akan mengambil yang bukan haknya, individu dengan penerimaan diri menghargai harapan orang lain dan meresponnya dengan bijak. 
  8. Spontanitas dan menikmati hidup. Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Individu tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya, akan tetapi juga leluasa untuk menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya. 
  9. Aspek moral penerimaan diri. Individu dengan penerimaan diri bukanlah individu yang berbudi baik dan bukan pula individu yang tidak mengenal moral, tetapi memiliki fleksibilitas dalam pengaturan hidupnya. 
  10. Sikap terhadap penerimaan diri. Individu yang dapat menerima hidupnya akan menunjukkan sikap menerima apapun kekurangan yang dimilikinya tanpa harus malu ketika berada di lingkungan sosialnya.

Komponen Penerimaan Diri 

Menurut Bastaman (2007), terdapat beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang dalam penerimaan diri, yaitu sebagai berikut:
  1. Pemahaman diri (Self Insight). Yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. 
  2. Makna hidup (the meaning of life). Nilai-nilai penting yang bermakna bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya. 
  3. Pengubahan sikap (changing attitude). Merubah diri yang bersikap negatif menjadi positif dan lebih tepat dalam menghadapi masalah. 
  4. Keikatan diri (self commitment). Merupakan komitmen individu terhadap makna hidup yang ditetapkan. Komitmen yang kuat akan membawa diri pada hidup yang lebih bermakna dan mendalam. 
  5. Kegiatan terarah (directed activities). Suatu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja, berupa pengembangan potensi pribadi yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk mencapai tujuan hidup. 
  6. Dukungan sosial (social support). Yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya, dan selalu sedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan.

Tahapan Penerimaan Diri 

Menurut Germer (2009), proses penerimaan diri sebagai bentuk keadaan melawan ketidaknyamanan. Tahap awal yang terjadi adalah rasa kebencian, selanjutnya proses dimulai dengan keingintahuan akan masalah. Apabila hal itu berjalan dengan baik maka akan berakhir dengan merangkul apapun yang terjadi dalam hidup seorang individu. Penjelasan mengenai tahapan penerimaan diri adalah sebagai berikut:
  1. Aversion (kebencian/keengganan, menghindari, resisten). Reaksi alami pada perasaan yang membuat tidak nyaman adalah kebencian atau keengganan. Kebencian/keengganan ini juga dapat membentuk keterikatan mental atau perenungan, mencoba mencari tahu bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan tersebut. 
  2. Curiosity (melawan rasa tidak nyaman dengan perhatian). Pada tahapan ini individu mulai memiliki pertanyaan-pertanyaan pada hal-hal yang dirasa perlu untuk diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya muncul adalah "Perasaan apa ini?, Apa artinya perasaan ini?, Kapan perasaan ini terjadi". 
  3. Tolerance (menanggung derita dengan aman). Toleransi berarti menanggung rasa sakit emosional yang dirasakan, tetapi individu tetap melawannya dan berharap perasaan tersebut akan segera hilang. 
  4. Allowing (membiarkan perasaan datang dan pergi). Setelah melalui proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan tersebut datang dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya. 
  5. Friendship (merangkul, melihat nilai-nilai yang tersembunyi). Individu melihat nilai-nilai yang ada pada waktu keadaan sulit menimpanya. Hal ini merupakan tahapan terakhir dalam penerimaan diri.


Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri 

Menurut Hurlock (1996), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam penerimaan diri, yaitu sebagai berikut:
  1. Pemahaman Diri. Pemahaman diri adalah suatu persepsi atas diri sendiri yang ditandai oleh keaslian bukan kepura-puraan, realistis bukan khayalan, kebenaran bukan kebohongan, keterus-terangan bukan berbelit-belit. 
  2. Harapan yang realistis. Ketika pengharapan seseorang terhadap sukses yang akan dicapai merupakan pengharapan yang realistis, kesempatan untuk mencapai sukses tersebut akan muncul, sehingga akan terbentuk kepuasan diri sendiri yang pada akhirnya membentuk sikap penerimaan terhadap diri sendiri. 
  3. Tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistis dapat disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk mengontrol adanya hambatan-hambatan dari lingkungan, misalnya: diskriminasi, ras, gender, dan kepercayaan. 
  4. Tidak adanya tekanan emosi yang berat. Tekanan yang berat dan terus menerus seperti yang terjadi di lingkungan kerja atau rumah, dimana kondisi sedang tidak baik, dapat mengakibatkan gangguan yang berat, sehingga tingkah laku orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi terlihat selalu mencela dan menolak orang tersebut. 
  5. Sukses yang sering terjadi. Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menolak terhadap diri sendiri, sebaliknya kesuksesan yang sering terjadi menumbuhkan penerimaan terhadap diri sendiri. 
  6. Konsep diri yang stabil. Konsep diri yang baik akan menghasilkan penerimaan diri yang baik namun sebaliknya bila konsep diri yang buruk secara alami akan menghasilkan penolakan terhadap diri sendiri.

Daftar Pustaka

  • Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang - Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
  • Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
  • Germer, C. K. 2009. The Mindful Path To Self-Compassion. USA: The Guilford Press.
  • Cronbach, L. J. 1963. Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
  • Jersild, Arthur. T. 1978. The Psychology of Adolescence. New York: Mac millan Publishing Co.
  • Bastaman. H. D. 2007. Logoterapi, Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup Dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel